jektv.co.id - Ciri-ciri anak yang mengalami kekerasan seksual bisa diketahui secara fisik dan psike. Tetapi, respons orang tua atau keluarga menjadi penentu kualitas traumanya.
Selama tahun 2020, tindak kekerasan seksual pada anak meningkat hingga 30 persen (fajar.co.id/Kamis, 23 Juli 2020). Untuk itu, orang tua perlu mawas diri. Proteksi anak dan kenali perilakunya.
Dosen Fakultas Psikologi UNM, Novita Maulidya Jalal S Psi M Psi Psikolog mengungkapkan beberapa ciri-ciri anak berdasarkan indikator fisik dan psikenya. Namun, sebelum itu, ia mewanti-wanti agar orang tua atau keluarga mendahulukan respons dengan mengontrol emosi dan menata perasaan, setelah mengetahui ciri-cirinya. “Karena anak akan semakin tertutup jika langsung direspons berlebih,” ujarnya seperti dikutip dari Harian Fajar (Fajar Indonesia Network Grup), Minggu, 23 Agustus.
Adapun ciri-ciri berdasarkan perilaku menurut, pemerhati tumbuh kembang anak, remaja, dan psikolog pendidikan tersebut adalah bisa diketahui melalui kalimat yang dilontarkan. Seperti sering mengucapkan kalimat tentang seksual yang seharusnya belum layak dipahami anak. Anak juga biasa menggambar yang mirip dengan alat kelamin, misalnya wortel yang ada rambut-rambutnya atau semacamnya. Anak seperti itu kata dia, biasanya mengalami prilaku seksual tetapi diperlakukan lembut oleh pelaku, sehingga tidak menunjukkan trauma.
Ciri-ciri lain adalah bernyanyi dengan nada yang tidak biasa dilantunkan sebelumnya. Bahkan, lantunan seakan-akan sangat romantis atau memainkan nada dengan mulut. Lalu mimiknya seakan terlihat membayangkan saat melakukan seks. Kemudian, ada juga yang berusaha mempermainkan kelamin. Perempuan misalnya, memasukkan sesuatu ke vagina, dan untuk laki-laki, mempermainkan alat kelaminnya.
Selanjutnya adalah anak merasa lain pada alat kelaminnya, tiba-tiba takut sendiri dan tidak mau ditinggalkan, nafsu makan berkurang, malas belajar, dan enggan berinteraksi dengan orang lain. Biasanya juga anak menjadi sulit konsentrasi, sering melamun, dan menghayal. Minat ke sesuatu hal berkurang, respons atau reaksi cenderung berlebih. Misalnya sedih langsung berlebih, marah langsung berlebih, dan tidak menginginkan sesuatu. “Jika ada hal itu terjadi, tetap konsultasi ke psikiater atau psikolog. Sebab harus diketahui, kekerasan seksual pada anak merupakan bentuk eksploitasi pada anak. Dimana ada unsur paksaan dari pelaku ke anak, tetapi ada juga terjadi tidak karena karena paksaan,” tegasnya.
Terpisah, Spesialis Anak Siloam Hospitals Makassar, Dr dr Bob Wahyudin, SpAK, CIMI menyampaikan, secara dasar, petanda dari indikator fisik memang bisa diketahui. “Tetapi, harus ada pendampingan dokter jika petanda itu ada, setelah itu baru bisa disampaikan mengalami kekerasan,” kata dia. Menurut Bob, ciri-cirinya bisa dengan terdapat mani di vagina atau robek selaput darah. Lebam atau memar pada vagina atau dubur. (fadli/fajar/fin)