Vaksin Merdeka

Minggu 23-08-2020,09:20 WIB
Reporter : Dahlan Iskan

Pertemuan dua menteri Indonesia dengan Menlu Tiongkok sendiri memilih tempat di Hainan. Pilihan yang tepat. Hainan hanya 3,5 jam terbang langsung dari Jakarta. Dengan pesawat carter. Mereka bisa langsung balik ke Jakarta hari itu juga. Tanpa harus bermalam di sana.

Gerak cepat itu memang menjadi ciri khas orang seperti Erick Thohir.

Apalagi pemerintah sudah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun depan antara 4,5 sampai 5 persen. Angka yang sangat optimistis. Saya sampai terkaget-kaget.

Berarti prioritas vaksinasi nanti harus dikaitkan dengan sektor-sektor ekonomi: para karyawan pabrik, para pramugari dan awak angkutan, komunitas pasar, dan seterusnya.

Siapa pun yang diprioritaskan tetap saja baik untuk semua. Dengan 40 juta orang yang akan divaksinasi berarti potensi penularannya juga turun.

Sejauh ini isu negatif yang sempat ramai sudah reda. Tidak ada lagi isu halal-haram. Tanpa harus terjadi caci-maki.

Pun reda sendiri isu 'kok rakyat jadi kelinci percobaan' –mengapa tidak pemimpinnya. Seperti Presiden Duterte di Filipina. Atau anak perempuan Presiden Putin di Rusia. Terutama setelah Menteri Erick Thohir memberi keterangan tidak mau jadi relawan uji klinis. Padahal Erick tidak mungkin jadi relawan. Tempat tinggalnya tidak di Bandung –harus dekat dengan Bio Farma yang pusatnya di Bandung.

Maka tepat sekali ketika Gubernur Jabar Ridwan Kamil, cepat memadamkan isu itu. Ia langsung mendaftar jadi relawan. Demikian juga Pangdam Siliwangi dan Kapolda.

"Saya mendapat giliran suntik tanggal 25 Agustus," ujar Ridwan Kamil ketika saya telepon kemarin. Berarti Selasa lusa.

Gubernur merasa sudah mendapat penjelasan lengkap mengenai konsekuensi menjadi relawan. Termasuk harus menjalani dua kali suntikan. Ia merasa aman-aman saja.

Kenapa harus dua kali? "Karena vaksin ini bukan dari virus Covid-19 yang dilemahkan, tapi dari virus yang dimatikan," katanya. Itulah penjelasan yang ia terima. Maksudnya: vaksin ini lebih aman.

Sejauh ini di Tiongkok sendiri belum ditemukan efek negatif dari vaksin ini.

Berarti Bio Farma nanti harus memproduksi dua kali lebih banyak dari jumlah orang yang harus divaksinasi.

Kalau pun Erick kini juga lagi bicara dengan dua perusahaan vaksin Tiongkok lainnya, bukan berarti meragukan Sinovac. Itu semata-mata melihat kemampuan produksi pabrik vaksin. Yang tidak akan sebesar keperluan seluruh dunia.

Bio Farma bukan baru sekali ini bekerjasama dengan Sinovac. Di program vaksinasi polio, misalnya, Bio Farma juga bekerjasama dengan Sinovac.

Saham Sinovac, yang sudah lama go public di pasar modal Nasdaq New York, mengalami kenaikan besar bukan di vaksin Covid-19 ini, tapi saat mulai memproduksi vaksin hepatitis A dan B dulu. Sedang nama Bio Farma ngetop saat memproduksi vaksin flu burung.

Tags :
Kategori :

Terkait