Rupiah Tertekan di Rp16.300 Masih Ada Harapan, Tapi Ketegangan Global Jadi Penghalang

Selasa 17-06-2025,10:36 WIB
Reporter : Diana Hrp
Editor : Diana Hrp
Rupiah Tertekan di Rp16.300 Masih Ada Harapan, Tapi Ketegangan Global Jadi Penghalang

JEKTVNEWS.COM- Hari ini, Selasa (17/6), pasar keuangan Indonesia kembali menghadapi kenyataan pahit: nilai tukar rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.300 per dolar AS. Angka ini mencerminkan depresiasi sebesar 35 poin atau turun sekitar 0,22 persen dari hari sebelumnya. Namun, di balik kabar tak sedap ini, muncul secercah harapan bahwa mata uang Garuda belum sepenuhnya kehilangan daya terbangnya.

BACA JUGA:IHSG di Ujung Tanduk, Mampukah Menahan Tekanan atau Akan Terjun Lebih Dalam?

Meski terlihat lesu, kondisi rupiah ternyata tak jauh berbeda dengan nasib sejumlah mata uang Asia lainnya. Dolar Singapura tercatat turun 0,14 persen, peso Filipina menyusut 0,16 persen, dan baht Thailand melemah 0,10 persen. Bahkan won Korea Selatan turun 0,18 persen dan ringgit Malaysia nyaris stagnan dengan penurunan 0,01 persen.

Dari belahan dunia lain, tren serupa juga terjadi. Mata uang negara-negara maju seperti poundsterling Inggris, euro Eropa, hingga franc Swiss pun ikut melemah. Dolar Australia dan dolar Kanada masing-masing turun 0,20 persen dan 0,06 persen. Dengan kata lain, pelemahan rupiah hari ini bukan peristiwa tunggal, melainkan bagian dari gejolak yang lebih luas di pasar mata uang global

Menurut analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, pelemahan rupiah saat ini memang wajar terjadi. Pasar keuangan global sedang memasuki fase risk-off setelah pekan lalu diliputi ketidakpastian geopolitik dan ekonomi. Meski begitu, ia juga menyebut masih ada peluang bagi rupiah untuk menguat terhadap dolar AS dalam waktu dekat.

BACA JUGA:Gudang Garam Stop Beli Tembakau Temanggung, Efek Domino Penurunan Penjualan Rokok

“Rupiah memang melemah, tetapi sebenarnya masih ada potensi penguatan bila sentimen risk-on kembali muncul di pasar,” ujar Lukman saat diwawancarai oleh media

Namun, potensi tersebut tak datang tanpa hambatan. Salah satu batu sandungan terbesar saat ini adalah situasi panas di Timur Tengah, terutama konflik antara Iran dan Israel yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

“Tensi serangan antara Iran dan Israel masih tinggi. Ini membuat investor cenderung memilih aset safe haven seperti dolar AS, emas, dan obligasi AS, sehingga tekanan pada rupiah tetap terasa,” tambah Lukman.

Lukman memproyeksikan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah hari ini akan berada di kisaran Rp16.200 hingga Rp16.300 per dolar AS. Ini berarti rupiah berpotensi melakukan konsolidasi di area saat ini sambil menunggu arah pasar yang lebih jelas.

Dalam bahasa sederhana, nilai tukar saat ini seperti berada di perempatan jalan. Jika situasi geopolitik mereda dan sentimen pasar membaik, maka rupiah bisa menapak lebih kuat. Sebaliknya, jika ketegangan terus meningkat, maka tekanan bisa makin berat dan bukan tidak mungkin rupiah menuju level yang lebih tinggi lagi.

BACA JUGA:Jakarta Beri Hadiah Ulang Tahun ke Warga, Pemutihan Denda Pajak Kendaraan Berlaku hingga 31 Agustus 2025!

Saat ini, investor global benar-benar sedang berhati-hati. Ketegangan antara Iran dan Israel tak hanya berisiko melibatkan negara lain, tapi juga bisa mengganggu pasokan energi dunia, terutama minyak. Ketika harga minyak melonjak, negara importir energi seperti Indonesia biasanya akan mengalami tekanan pada neraca perdagangan dan cadangan devisa, yang pada akhirnya berdampak pada nilai tukar rupiah.

Selain itu, pasar juga masih menanti keputusan penting dari bank sentral Amerika Serikat, The Fed, terkait arah suku bunga. Jika The Fed kembali bersikap hawkish alias menaikkan suku bunga atau menunda penurunan suku bunga, maka dolar AS akan semakin kuat dan rupiah bisa kembali terpukul.

Meskipun banyak tekanan datang dari luar negeri, fundamental ekonomi Indonesia sejauh ini masih relatif stabil. Inflasi masih dalam kendali, cadangan devisa masih cukup tinggi, dan pertumbuhan ekonomi terus bergerak positif.

Namun, kita perlu mengakui bahwa rupiah bukanlah mata uang safe haven. Ia sangat dipengaruhi oleh aliran modal global dan sentimen investor asing. Dalam kondisi seperti sekarang, saat banyak investor global memilih bermain aman, mata uang seperti rupiah akan sangat rentan terhadap tekanan jual.

Kategori :