
Untuk mencapai target tersebut, Jatmiko yang memiliki catatan apik dengan sukses mentransformasi PTPN komoditas sawit di Riau hingga mencatat laba tertinggi sepanjang sejarah selama lima tahun berturut-turut itu mengatakan pihaknya akan fokus pada berbagai inisiatif lainnya.
Program intensifikasi melalui peremajaan menggunakan bibit unggul serta penerapan teknologi lebih efesien yang telah dilakukan secara bertahap sejak tahun 2021 hingga tahun 2025 dipercaya terus menjadi tulang punggung utama penguatan dalam meningkatkan produktivitas.
Hingga 2024 kemarin, program replanting mencapai 80 persen atau 1.200 Ha dari total target total tanaman baru mencapai 1.500 Ha.
"Kami sadari bahwa keberlanjutan adalah kunci dalam upaya mengembalikan kejayaan legenda kopi Jawa di pasa global. Untuk itu, program replanting ini tidak hanya meningkatkan hasil panen, tetapi juga membantu memperpanjang siklus produksi kopi di perkebunan," ujarnya
"Dengan pendekatan yang lebih modern dan berbasis data, kita berupaya agar setiap hektare Java Coffee Estate dikelola secara optimal untuk menghasilkan biji kopi berkualitas tinggi yang memenuhi standar ekspor,” lanjut Jatmiko.
Melalui program replanting secara berkelanjutan tersebut, ia pun berani memasang target produksi kopi JCE sepanjang 2025 ini mencapai 1.182 ton atau yang tertinggi sepanjang sejarah JCE berdiri.
Untuk diketahui, PTPN IV PalmCo yang memiliki basis usaha komoditas sawit menjawab tantangan Holding Perkebunan Nusantara melalui KSO bersama PTPN I SupportingCo pada 2022 lalu. KSO tersebut mencakup program investasi dan eksploitasi perkebunan kopi seluas 3.530,77 hektare.
Dalam program KSO yang berlangsung selama 10 tahun tersebut, PTPN IV PalmCo berkomitmen menanggung 100 persen biaya investasi yang dikeluarkan. KSO PTPN IV PalmCo tidak hanya membawa investasi, melainkan budaya kerja dan pendekatan teknologi informasi yang sepenuhnya berbeda di JCE. Langkah pertama Jatmiko usai KSO disepakati adalah melakukan pengukuran ulang menggunakan drone berbasis GIS.