JEKTVNEWS.COM- Setiap orang yang pernah merasakan cinta mungkin pernah berada dalam situasi sulit, mencoba melupakan seseorang yang, secara logis, sudah jelas bukanlah yang terbaik. Tapi meskipun hubungan itu penuh luka, mengapa rasanya tetap begitu sulit untuk melepaskan?
Ada alasan biologis dan emosional di balik fenomena ini. Saat jatuh cinta, otak memproduksi hormon-hormon seperti dopamin dan oksitosin, yang menciptakan perasaan bahagia dan terhubung.
Ketika hubungan itu berakhir, otak masih "mencari" sumber kebahagiaan tersebut. Sama seperti kecanduan, otak merindukan perasaan yang pernah ada, meskipun tahu bahwa itu tidak sehat.
Selain itu, ada elemen emosional yang sering menjadi perangkap. Fokus sering kali tertuju pada momen-momen indah, mengabaikan konflik atau rasa sakit yang pernah terjadi. Ingatan selektif ini memperkuat rasa kehilangan dan membuat seseorang meromantisasi hubungan yang sebenarnya tidak ideal.
BACA JUGA:Makanan Korea yang Mendunia Menjadi Ikon Kuliner yang Dicintai Banyak Orang
Faktor lain yang membuat move on sulit adalah ego. Ketika hubungan berakhir, rasa gagal sering muncul. Pertanyaan seperti "Apa yang salah denganku?" atau "Mengapa dia tidak bisa berubah untukku?" sering menghantui pikiran.
Pikiran-pikiran ini menciptakan siklus menyalahkan diri sendiri atau berharap orang tersebut kembali, padahal mungkin sudah jelas dia tidak bisa memberikan kebahagiaan yang dibutuhkan.
Lingkungan juga berperan besar. Saat terus terpapar pada kenangan bersama mereka baik melalui media sosial, teman-teman bersama, atau tempat-tempat yang sering dikunjungi proses move on menjadi lebih lambat. Setiap pengingat kecil seperti foto atau lagu favorit dapat membawa kembali perasaan lama.
Namun, di balik semua itu, ada pelajaran penting yang sering diabaikan. kesulitan untuk move on dari seseorang yang tidak tepat sebenarnya menunjukkan kedalaman dalam emosi dan merupakan penghargaan terhadap hubungan itu sendiri.
Meski hubungan tersebut mungkin tidak sehat atau penuh luka, perasaan yang tersisa adalah bukti bahwa cinta itu diberikan dengan tulus dan sepenuh hati.
BACA JUGA:Mencintai Diri Sendiri Adalah Kunci Kebahagiaan yang Sejati
Ketika seseorang sulit melupakan mantan pasangan, hal itu menunjukkan bahwa hubungan tersebut dianggap berarti, meskipun akhirnya tidak berjalan sesuai harapan. Ada rasa hormat terhadap komitmen yang pernah ada, bahkan jika pada akhirnya hubungan itu tidak memberikan kebahagiaan.
Kesulitan ini juga mencerminkan nilai yang diberikan pada kehadiran orang tersebut dalam hidup. Meskipun logika berkata bahwa hubungan itu tidak tepat, hati tetap merasa berat untuk melepaskan karena setiap momen, tawa, atau bahkan tantangan yang pernah dilalui bersama memiliki makna mendalam.
Pada dasarnya, sulitnya move on adalah cerminan dari seberapa dalam cinta itu dirasakan dan seberapa besar harapan yang pernah diletakkan dalam hubungan tersebut.
Hal ini menjadi pengingat bahwa cinta adalah pengalaman yang begitu manusiawi rentan, berani, dan penuh makna bahkan ketika berhadapan dengan rasa kecewa. Hal ini menunjukkan bahwa manusia mampu merasa dalam, berani memberi diri sepenuhnya meski tahu risikonya.
Melepaskan bukan berarti melupakan sepenuhnya, melainkan mengakui bahwa pengalaman itu adalah bagian dari perjalanan hidup.
Prosesnya memang tidak instan, tapi perlahan, dengan memberi ruang untuk diri sendiri dan belajar dari kesalahan, luka itu akan sembuh. Pada akhirnya, membiarkan pergi bukanlah tanda kelemahan, melainkan langkah menuju kebahagiaan yang lebih baik.