JEKTVNEWS.COM- Dalam Islam, tertawa adalah ekspresi yang alami dan dapat menjadi bagian dari kehidupan sosial yang sehat. Namun, Islam mengajarkan umatnya untuk tidak berlebihan dalam segala hal, termasuk tertawa.
Rasulullah SAW sendiri dikenal sebagai sosok yang suka tersenyum, tetapi beliau tidak pernah tertawa terbahak-bahak atau berlebihan. Ini mencerminkan betapa pentingnya menjaga keseimbangan dalam berperilaku, terutama dalam hal ekspresi emosional seperti tertawa.
Tertawa dalam Islam diperbolehkan selama itu tidak melupakan keseriusan hidup, terutama dalam ibadah. Nabi Muhammad SAW dalam beberapa hadis menyebutkan bahwa tertawa yang berlebihan bisa menyebabkan hati menjadi keras, bahkan dapat mengalihkan perhatian seseorang dari hal-hal yang lebih penting.
BACA JUGA:Rahasia Terpendam di Bawah Kaki: Pentingnya Melindungi Ekosistem Tanah Gambut
Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Majah, beliau mengingatkan umatnya dengan berkata, "Janganlah kalian tertawa terlalu banyak, karena tertawa yang banyak akan mematikan hati". Ini menunjukkan bahwa meskipun tertawa itu sah-sah saja, terlalu banyak tertawa dapat menurunkan kualitas spiritualitas seseorang, membuat mereka kehilangan rasa khusyuk dalam beribadah.
Tertawa terbahak-bahak atau berlebihan bisa juga dianggap tidak sesuai dalam konteks tertentu. Misalnya, dalam saat-saat yang serius, seperti ketika berada dalam majelis ilmu atau sedang menjalankan ibadah, tertawa yang berlebihan bisa mengganggu kedamaian hati dan ketenangan pikiran.
Dalam hal ini, umat Islam diajarkan untuk selalu menjaga adab dan etika, baik dalam berbicara maupun dalam berekspresi.
BACA JUGA:Generasi Plastik: Warisan Buruk untuk Anak Cucu Kita
Namun demikian, Islam juga mengajarkan untuk tidak terlalu kaku dalam menjalani kehidupan. Tertawa adalah bagian dari sifat manusiawi yang bisa membawa kebahagiaan, mengurangi ketegangan, dan mempererat hubungan sosial.
Rasulullah SAW pun tidak menghalangi sahabat-sahabatnya untuk tertawa, tetapi beliau selalu menekankan agar umatnya tetap menjaga keseimbangan. Beliau mengingatkan agar kita tidak tertawa hanya karena hal-hal yang tidak pantas atau merendahkan orang lain.
Dengan demikian, Islam mengajarkan agar umatnya tertawa dengan wajar, tanpa berlebihan. Tertawa yang ringan dan penuh kebahagiaan diperbolehkan, tetapi harus diimbangi dengan keseriusan dalam menjalani kewajiban sebagai seorang Muslim. Tertawa yang berlebihan, apalagi sampai menghilangkan rasa empati dan kedalaman hati, sebaiknya dihindari.