IHSG Terperosok 2%, Saham BREN Tertekan Keluar dari Indeks FTSE

Jumat 20-09-2024,19:00 WIB
Reporter : Diana Hrp
Editor : Diana Hrp

JEKTVNEWS.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan yang cukup signifikan pada perdagangan Jumat pagi, 20 September 2024. Dalam beberapa menit setelah pembukaan sesi pertama, IHSG langsung anjlok hingga 2%. Kondisi ini menunjukkan adanya tekanan jual yang masif setelah beberapa waktu sebelumnya IHSG sempat mencatat rekor tertinggi. Pada pukul 09:16 WIB, atau sekitar 16 menit setelah perdagangan dibuka, IHSG tercatat turun 2,04% ke level 7.744,21. Indeks ini bahkan menyentuh level psikologis 7.700, setelah selama hampir satu bulan bertahan di atas 7.800, dan bahkan sempat mendekati 7.900 pada hari sebelumnya. Nilai transaksi IHSG di awal sesi sudah mencapai sekitar Rp 3 triliun, dengan volume transaksi mencapai 5,2 miliar lembar saham yang tersebar dalam 212.866 transaksi.

BACA JUGA:IHSG Sempat Menguat, Tapi Berbalik Arah ke Zona Merah, Apa Penyebabnya?

Penurunan ini diperkirakan terjadi akibat investor yang mulai merealisasikan keuntungan setelah IHSG selama hampir sebulan berada dalam tren penguatan. Banyak investor merasa sudah waktunya untuk menjual saham-saham yang telah memberi mereka keuntungan selama reli IHSG. IHSG, yang telah mengalami beberapa kali rekor tertinggi dalam beberapa pekan terakhir, terlihat mulai melemah karena aksi ambil untung. Koreksi sebesar 2% dalam waktu yang cukup singkat ini menunjukkan bahwa pasar sedang mengalami fase konsolidasi, di mana para investor memilih untuk menarik keuntungannya setelah melihat IHSG sempat mencatatkan performa yang impresif. Di samping aksi jual yang dilakukan oleh para investor, saham-saham milik konglomerat Prajogo Pangestu juga mengalami tekanan besar pada sesi pertama ini. Emiten yang dimiliki oleh Prajogo, terutama di sektor energi baru terbarukan (EBT), mengalami penurunan signifikan dan turut menjadi faktor utama pelemahan IHSG.

Salah satu saham yang mengalami penurunan drastis adalah PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), yang sebelumnya dikenal sebagai salah satu pemain kuat di sektor energi terbarukan. Pada sesi perdagangan pagi ini, saham BREN amblas hingga 19,95% dan turun ke level Rp 8.825 per lembar saham. Penurunan tajam saham BREN diduga kuat karena dikeluarkan dari indeks FTSE (Financial Times Stock Exchange) akibat tidak memenuhi persyaratan free float yang ditetapkan oleh FTSE Russel. Dalam pengumuman resminya, FTSE menyatakan bahwa saham BREN dikeluarkan dari indeks karena lebih dari 97% sahamnya dikuasai oleh empat pemegang saham utama. Kondisi ini tidak sesuai dengan ketentuan free float yang mengharuskan proporsi saham publik yang diperdagangkan bebas mencapai jumlah tertentu.

BACA JUGA:IHSG Anjlok, Sektor Teknologi Tertekan Sementara Properti Menguat

Keluar dari indeks FTSE menjadi pukulan telak bagi BREN, mengingat saham tersebut sebelumnya menunjukkan tren positif. Bahkan, saham BREN sempat mencapai level di atas Rp 12.000 per lembar pada awal bulan September 2024. Namun, dengan pengumuman penghapusan dari indeks FTSE, saham BREN merosot tajam dalam waktu singkat. Dalam pengumuman yang disampaikan oleh FTSE pada Kamis, 19 September 2024, penghapusan saham BREN dari indeks akan berlaku efektif mulai Rabu pekan depan. Sebelumnya, BREN dijadwalkan masuk ke dalam FTSE Global Equity Series – Large Cap per 20 September 2024 dan efektif pada 23 September 2024. Namun, dengan keputusan penghapusan ini, saham BREN tidak lagi masuk dalam daftar indeks saham besar FTSE.

Meski BREN sempat mencatatkan kinerja positif dengan tren penguatan, keluarnya saham ini dari indeks FTSE menjadi sentimen negatif yang menggerus kepercayaan investor. Terlebih lagi, saham BREN sebelumnya menjadi salah satu saham unggulan di sektor energi terbarukan, yang mendapatkan banyak perhatian dari investor global karena potensi masa depannya. Meskipun IHSG tertekan, volume transaksi yang terjadi pada sesi pertama ini cukup tinggi, mencapai lebih dari 5,2 miliar lembar saham yang diperdagangkan. Nilai transaksi juga cukup besar, mencapai sekitar Rp 3 triliun hanya dalam beberapa menit setelah perdagangan dibuka.

BACA JUGA:Dulu Digandrungi Emak - Emak, Kini Tupperware Terancam Bangkrut

Kondisi ini menunjukkan bahwa meski IHSG mengalami koreksi, pasar saham Indonesia masih menarik minat yang besar dari investor. Banyak pelaku pasar yang memanfaatkan momen koreksi ini untuk masuk kembali ke pasar, terutama pada saham-saham yang dianggap memiliki valuasi menarik setelah mengalami penurunan harga. Koreksi yang terjadi pada IHSG pada 20 September 2024 ini menunjukkan bahwa pasar sedang berada dalam fase konsolidasi setelah tren penguatan yang cukup panjang. Meski begitu, potensi rebound tetap ada mengingat pasar masih menunjukkan volume transaksi yang kuat. Investor diperkirakan akan memanfaatkan penurunan ini untuk melakukan akumulasi pada saham-saham yang memiliki prospek jangka panjang yang baik, terutama di sektor-sektor strategis seperti energi dan infrastruktur. Namun, IHSG juga harus menghadapi berbagai tantangan eksternal, termasuk kondisi ekonomi global yang masih dibayangi ketidakpastian. Kebijakan moneter di beberapa negara besar dan fluktuasi harga komoditas global juga akan mempengaruhi sentimen investor terhadap pasar saham Indonesia ke depan.

 

Kategori :