Usai mendengar jawaban dari Ismail, Nabi Ibrahim pun siap untuk menyembelih putranya. Diikatnya kedua tangan dan kaki Ismail, lalu Ismail dibaringkan di atas lantai.
Nabi Ibrahim lalu membaringkan anaknya di atas pelipisnya (pada bagian wajahnya) dan bersiap melakukan penyembelihan dan Ismail pun siap menaati perintah ayahnya. Namun kemudian seketika turunlah wahyu.
“Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shafaat [37] : 104:107)
Allah menguji Nabi Ibrahim dengan perintah untuk menyembelih anaknya tercinta, dan Nabi Ibrahim dan Ismail pun menunjukkan keteguhan, ketaatan dan kesabaran mereka dalam menjalankan perintah itu. Lalu Allah menggantikan dengan sembelihan besar, yakni berupa domba jantan dari Surga, yang besar berwarna putih, bermata bagus, bertanduk serta diikat dengan rumput samurah. Wallahu a’lam.
Pada saat itu, dituliskan bahwa semesta beserta isinya mengucapkan takbir demi mengagungkan kebesaran Allah SWT atas kesabaran yang dimiliki Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah yang berat tersebut.
Kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail itulah kemudian menjadi awal mula penyembelihan hewan kurban setiap Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Kurban, 10 Dzulhijjah.