Berbagai situs, atribut dan properti WTBOS di Kabupaten Sijunjung hendak didorong menjadi hulu untuk memproduksi karya-karya baru yang kemudian dapat semakin menghidupkan ekosistem kebudayaan Sijunjung secara luas.
Selama dua hari pelaksanaan, kegiatan Galangang Arang di Sijunjung akan diisi dengan berbagai kegiatan, antara lain Pameran, Tur Kuratorial, Sory telling, Diskusi, Napak Tilas, Musyawarah Budaya, Lokakarya Seni Pertunjukan, Pemutaran Film dan Pertunjukan.
BACA JUGA:PT. Pegadaian Jambi Libatkan Ukm Dalam Bazar Emas Jumat Berkah
Pameran artefak budaya akan menampilkan foto-foto, benda-benda bersejarah, dan seni instalasi di Sijunjung sebagai bentuk rekaman memori kolektif masyarakat Sijunjung atas WTBOS.
Pameran juga akan mengadakan tur kuratorial untuk memperdalam pemahaman atas berbagai artefak budaya yang ditampilkan.
Kemudian, kegiatan akan dilanjutkan dengan kegiatan napak tilas yang menghubungkan dua situs WTBOS di Kabupaten Sijunjung, yakni Stasiun Padang Sibusuak dan Stasiun Muaro (Logas).
Terdapat juga diskusi yang digelar untuk memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk memperdalam wawasan tentang WTBOS di Sijunjung dan memori kolektif yang menyertainya. Diskusi ini akan dipantik oleh dua orang narasumber, yaitu Fikrul Hanif Sufyan dan Deddy Arsa dengan moderator Thendra BP.
BACA JUGA:Dittipideksus Bareskrim Polri Gagalkan Pengiriman Pakaian Bekasi Ilegal
Diskusi juga akan diperkaya dengan penampilan Cerita (Story Telling) WTBOS dari dua orang anak nagari Sijunjung yakni Liswarti (Anak Mandor Dula, Pegawai Stasiun KA Padang Sibusuak) dan Bujang Nasrul (Warga sekitar Stasiun Muaro).
Malam harinya akan digelar Pemutaran Film hasil kerjasama dengan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah III Sumatera Barat di RTH Sijunjung, yang menampilkan film Rimbo Paru di Lingkuang Adat; Mamak jo Kamanakan dan Kaba Baro.
Hari kedua pelaksanaan Galanggang Arang #5 Sijunjung 2024 akan menggelar Musyawarah Budaya yang dirancang untuk membaca ekosistem dan berbagai persoalan pengembangan budaya di Sijunjung hari ini.
Peserta musyawarah budaya terdiri dari sanggar-sanggar pelaku kesenian tradisi, dengan fasilitator Puji Basuki (Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan) dan Afrineldi (Kepala Dinas Pariwisata dan Olahraga) dan Dede Pramayoza (Kurator Galanggang Arang).
BACA JUGA:Hilangnya Rasa Keadilan
Melalui Musyawarah ini, berbagai persoalan diharapkan dapat dicarikan jalan keluar secara bersama, untuk menjamin terjadinya pelestarian, pembinaan, pengembangan, serta pemanfaatan objek pemajuan kebudayaan (OPK) yang ada di Sijunjung.
Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan Lokakarya seni pertunjukan dengan tema “Warisan Dunia WTBOS Sebagai Sumber Penciptaan Karya Seni Pertunjukan Baru Berbasis Tradisi Sijunjung”.
Lokakarya ini akan mempertemukan kelompok-kelompok kesenian di kabupaten Sijunjung dengan pelaku kesenian modern dan kontemporer, yakni Yola Yulfianti (Institut Kesenian Jakarta) dan Claudia Bosse (Translokal Performative Akademy/TPA, Austria). Dari lokakarya ini diharapkan akan terbuka berbagai kemungkinan pengembangan kesenian tradisi di Sijunjung.