Pemilih yang rasional akan memilih pemimpin yang tidak ingkar janji dan yang antara kata dan perbuatan satu kesatuan. Dalam era digital, sangat penting untuk memutus tali-temali populisme yang hanya mencari kepentingan pribadi dan bukan untuk kepentingan rakyat banyak.
Salah satu ciri khas dari kepemimpinan Megawati adalah sikapnya yang tidak kompromi terhadap kekuasaan yang cenderung menyimpang dari prinsip-prinsip demokrasi dan konstitusionalisme.
Megawati selalu menegaskan bahwa penggunaan kekuasaan harus selalu berada dalam batas-batas yang ditetapkan oleh konstitusi dan hukum. Ketika kekuasaan berpotensi untuk disalahgunakan atau digunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, Megawati tidak segan-segan untuk menentang dan menyuarakan kebenaran.
Sikap ini terlihat dalam berbagai kontroversi politik dan konstitusional yang terjadi selama karier politiknya. Misalnya, dalam kasus pemecatan Presiden Abdurrahman Wahid, Megawati memilih untuk mengikuti prosedur konstitusional dengan meminta sidang istimewa MPR untuk mengambil keputusan, meskipun hal ini menuai kritik dan perdebatan di kalangan publik.
seorang pemimpin yang tidak hanya berfokus pada kekuasaan tetapi juga pada moralitas dan filsafat politik, Megawati percaya bahwa kebenaran harus diungkapkan tanpa penutupan, meskipun hal ini sering kali tidak menyenangkan bagi mereka yang berkuasa atau memiliki kepentingan politik tertentu.
Pemikiran filsafatnya memberikan dimensi tambahan pada kepemimpinannya, dengan menempatkannya sebagai sosok yang tidak hanya berbicara tentang kekuasaan tetapi juga tentang tanggung jawab moral dan intelektual dalam menjalankan kepemimpinan.
Megawati percaya bahwa politik harus dipandu oleh prinsip-prinsip moral dan etika, dan bahwa pemimpin harus bertanggung jawab tidak hanya kepada rakyat tetapi juga kepada nilai-nilai moral yang tinggi.
Selama perjalanan politiknya, Megawati menghadapi berbagai tantangan yang tidak jarang memaksa dirinya untuk mengambil keputusan sulit dan kontroversial.
Salah satu tantangan utama adalah menghadapi tekanan dari kelompok kepentingan politik dan ekonomi yang kuat di dalam dan luar negeri. Tekanan ini sering kali bertujuan untuk mempengaruhi keputusan politik atau menggoyahkan prinsip-prinsip demokrasi yang ditegakkannya.
Megawati juga menghadapi tantangan dalam mempertahankan persatuan nasional di tengah konflik dan perbedaan yang kompleks di Indonesia.
Pengelolaan berbagai konflik internal, termasuk separatisme di beberapa wilayah, merupakan ujian nyata bagi kepemimpinannya dalam memastikan keutuhan negara dan mewujudkan perdamaian serta rekonsiliasi.
Megawati percaya bahwa demokrasi yang sehat tidak hanya bergantung pada kekuatan politik tetapi juga pada partisipasi aktif masyarakat sipil dan pendidikan politik yang kuat.
Selama masa kepemimpinannya, Megawati mendukung pembentukan dan penguatan berbagai organisasi masyarakat sipil yang memainkan peran penting dalam mengawasi pemerintah, memperjuangkan hak-hak asasi manusia, dan membangun jembatan komunikasi antara pemerintah dan rakyat.
Pendidikan politik juga menjadi prioritas bagi Megawati, yang percaya bahwa masyarakat yang terdidik politiknya akan menjadi pilar utama dalam membangun demokrasi yang berkelanjutan di Indonesia.
Megawati mendukung berbagai inisiatif pendidikan politik, termasuk program-program pendidikan formal dan informal yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya demokrasi, hak-hak warga negara, dan kewajiban partisipasi dalam proses politik.
Megawati Soekarnoputri adalah sosok yang teguh dan konsisten dalam menegakkan prinsip-prinsip demokrasi dan konstitusionalisme di Indonesia.