TANJAB BARAT, JEKTVNEWS.COM - Mencuatnya pemberitaan disejumlah awak media terkait dimutasinya dua dokter spesialis Rumah Sakit KH Daud Arif Kuala Tungkal, menyisahkan teka- teki dan sejumlah kejanggalan. Bahkan pada Sabtu sore, dokter spesialis kumpulkan awak media untuk meminta sanggahan dan terkait keluhan yang ingin disampaikan.
Diduga ada upaya untuk menutupi kebobrokan yang terjadi dilingkungan rumah sakit milik pemerintah tersebut, kejanggalan yang ditemukan dari hasil konferensi pers bersama awak media pada Sabtu sore.
BACA JUGA:Pentingnya Penyuluhan Dalam Memutus Peredaran Narkoba di Provinsi Jambi
Kali ini dihadapan rekan awak media Dokter Septiyanti SPPD dan Finasim selaku dokter spesialis HD mengungkapkan, selain permasalahan mutasi kepindahan dirinya ke Rumah Sakit Surya Khairudi Merlung, namun juga terdapat permasalahan lainnya. Salah satunya tidak dibayarkan jasa medik selama 5 bulan.
Menurutnya mungkin dugaan tersebut menjadi penyebab dimutasi secara sepihak ia dan suaminya oleh pihak Rumah Sakit Daud Arif, lantaran kerap menanyakan soal dana jasa medis tak kunjung cair, Karena ia sebagai ketua dalam penghitung jasa medis, tentunya disini kerap ditanyakan oleh rekan-rekan dokter, perawat, bidan, dan karyawan lainnya dilingkup Rumah Sakit Daud Arif.
BACA JUGA:Wagub Sani Pimpin Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila 2024
Saat ditanya berapa besaran perbulan yang diterima dari manajemen rumah sakit, terkait pembagian jasa medis, Dokter Septi menyebut berkisar 2 miliar tiap bulannya, ini bersumber dari BPJS Kesehatan. Bahkan tiap bulannya, BPJS Kesehatan rutin membayarkan jasa medik tersebut kepada pihak manajemen rumah sakit.
Lanutnya, ia menyebut selaku ASN ia tidak mempermasalahkan pemindahan dirinya tersebut, namun ia terkesan terzalimi oleh pemimpin tertinggi di rumah sakit. Jika sewaktu-waktu ia kembali ditarik menjadi Dokter di Rumah Sakit Kh Daud Arif, asalkan tidak dengan pimpinan yang sekarang atau Dirut rumah sakit.
BACA JUGA:Polresta Jambi Hadiri Peringatan Harlah Pancasila di Kota Jambi
Sementara itu, salah satu pasien Dokter Septi merasa sangat kehilangan jika Dokter Septi harus mutasi atau pindah. Karena ia telah puluhan tahun berobat dengan Dokter Septi, sebab ia menderita penyakit ginjal yang harus dilakukan cuci darah.
Dengan demikian, jika tidak terdapat lagi Dokter Spesialis Hemodialisa atau cuci darah, maka ia harus merogoh kocek lebih untuk melakukan kontrol dengan Dokter Spesialis Hemodialisa langsung ke Kota Jambi. Sedangkan, jika harus menuju Rumah Sakit Suryah Khairuddin Merlung itu tidak memungkinkan, sebab fasilitas sarana prasarana tidak memadai terkait fasilitas bagi pasien Hemodialisa.