Harian DI’s Way: Langkah Dahlan Iskan Menyelamatkan Industri Surat Kabar?

Minggu 28-06-2020,12:32 WIB
Editor : Ra

Oleh:
Tofan Mahdi*)

Industri media cetak sudah sunset (meredup). Ini fakta. Namun begawan media Dahlan Iskan membuat kejutan. Tanggal 4 Juli 2020, Sabtu nanti, akan menerbitkan Harian DI’s Way. Surat kabar, kabarnya cetak, namun tidak mau disebut sebagai koran. Dan jika benar cetak, maka Harian DI’s Way mungkin menjadi koran pertama di dunia yang terbit pada tahun 2020 di tengah pandemik Covid-19, pun pada saat banyak penerbit koran di negara manapun mulai angkat tangan.

Saya sengaja tidak menanyakan dulu kepada Pak Dahlan tentang langkah mengejutkan ini. Namun, tulisan ini akan saya kirimkan dulu kepada beliau, untuk dibaca, dan saya berharap ada sedikit clue dari Menteri BUMN era 2011-2014 tersebut terkait Harian DI’s Way. Beberapa teman dalam WA Group Konco Lawas (teman lama) Jawa Pos Cowas Jepe sejak dua hari lalu sudah membahas hangat Harian DI’s Way. Apa ya misi Pak Dahlan? Benarkah sekadar berbisnis? Rasanya koq tidak. Atau ini ikhtiar untuk mewujudkan mimpi beliau menyelamatkan industri surat kabar?

Jurnalisme, media, dan manajemen (bisnis) adalah jalan hidup Dahlan Iskan. Adalah urat nadi Dahlan Iskan. Seperti halnya bernafas, setiap saat Dahlan Iskan akan menghirup dan menghembuskan pikiran tentang manajemen, bisnis, dan pers, termasuk merenungi masa depan industri media di Indonesia. Termasuk nasib industri media cetak di tengah gempuran berbagai platform komunikasi digital (sosial media). Jika kemudian Pak Dahlan yang sudah tidak lagi di Jawa Pos berencana menerbitkan surat kabar (media cetak), dan itu dirancang sebagai sebuah business vehicle di masa depan, tentu Pak Dahlan sedang tidak berpikir tentang dirinya sendiri. Ada hal-hal yang lebih besar. Mungkin Dahlan Iskan melihat tetap ada celah, meski sempit, terkait prospek industri media (surat kabar) di Indonesia. Mungkin juga Pak Dahlan prihatin dengan kualitas informasi yang tersebar melalui platform sosial media yang murahan, berkualitas rendah, dan jauh dari etika dan standar jurnalistik. Di media sosial, ruh jurnalisme sudah mati. Bahkan banyak wartawan dan mantan wartawan yang gagal mempertahankan ruh jurnalistik ketika berkomunikasi melalui platform komunikasi digital. Padahal, media konvensional pun digital, memiliki audience yang sama: publik. Saya yakin, mengembalikan ruh jurnalistik, juga adalah semangat Pak Dahlan dengan Harian DI’s Way ini.

Apapun latar belakang di balik penerbitan Harian DI’s Way, tetap saja ini langkah yang sangat berani jika tidak mau dibilang “nekad”. Dahlan Iskan orang yang sangat percaya bisnis koran tidak akan mati, seperti halnya industri radio saat datangnya televisi. Ramalan industri koran akan mati sudah muncul sejak 20 tahunan lalu saat kali pertama muncul media-media online. Nyatanya skala bisnis media online tidak pernah menyalip industri media cetak. Media online justru berhadapan dengan tantangan lain yaitu tersedotnya potensi pendapatan iklan mereka ke sistem agregator. Sepertinya halnya media cetak, media online juga ikut terlindas ekspansi platform komunikasi digital.

Lantas di mana celahnya? Jika orang-orang yang pernah dekat dengan koran saat ini paling muda berusia 30 tahunan, maka media cetak masih bisa bertahan hingga 25-30 tahun lagi. Generasi di bawah 30 tahun tidak akan pernah mau membaca koran. Mereka mau membaca koran, tapi koran digital. Yang bisa diakses dengan mudah dan murah melalui ponsel. Media cetak bisa bertahan saat ini karena masih generasi-genarasi yang tumbuh dan besar pada saat industri media cetak masih tumbuh besar. Generasi kelahiran tahun 2000 ke bawah. Bagi generasi kelahiran tahun 2000 dan sesudahnya tidak mengenal koran. Menurut saya, ini harus benar-benar dianalisis oleh tim manajem Harian DI’s Way, akan bagaimana model bisnis media ini ke depan.

Dahlan Iskan adalah nama besar. Ini modal. Tim Redaksi Harian DI’s Way, dari informasi di lingkungan Cowas JP, juga adalah teman-teman lama mantan Jawa Pos yang secara teknis jurnalistik sudah jadi. Tidak ada isu terkait aspek sumber daya manusia. Semua sudah siap. Namun, terlepas dari kehebatan Pak Dahlan dalam mencium sebuah peluang bisnis dan sebagian besar akurat, tidak ada salahnya jika Harian DI’s Way juga merekrut anak muda yang ahli dalam konten dan analisis teknologi komunikasi digital. Anak-anak muda yang paham tentang big data dan siatem algoritma sosial media. Bahkan teknologi digital ini harus bisa menjadi divisi sendiri yang sejajar dengan redaksi. It is a must. Perpaduan itulah yang akan membuat Harian DI’s Way akan cepat mendapatkan tempat di pasar dan segera mampu men-generate income. Selamat Bos Dahlan Iskan dan selamat bekerja untuk teman-teman lama yang kembali bertemu pada kapal yang baru.(tofan.mahdi@gmail.com)

Jakarta, 28 Juni 2020

*) Tofan Mahdi; Wakil Pemimpin Redaksi Jawa Pos (2007) dan Pemimpin Redaksi SBO TV/ Jawa Pos Group (2008-2009)

Tags :
Kategori :

Terkait