JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menuebutkan nilai tukar Rupiah terus menguat. Hal ini karena seiring meredanya ketidakpastian keuangan global.
Hingga Selasa (19/5) sore, nilai tukar Rupiah berada di posisi Rp14.770 per Dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot. Posisi ini menguat 80 poin atau 0,54 persen dari perdagangan sebelumnya Rp14.850.
Sementara kurs referensi BI, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan Rupiah di posisi Rp14.823 per Dolar AS atau menguat dari sebelumnya Rp14.885 per Dolar AS.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, penguatan nilai tukar Rupiah terjadi sejak April 2020 hingga Mei 2020. “Penguatan Rupiah seiring meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dan terjaganya kepercayaan terhadap kondisi ekonomi Indonesia,” ujarnya kemarin (19/5).
Bank sentral mencatat, hingga 18 Mei 2020, Rupiah menguat 5,1 persen secara rata-rata dan 0,17 persen secara point to point dibandingkan dengan level akhir April 2020. Namun demikian, Rupiah masih mencatat depresiasi sekitar 6,52 persen dibandingkan dengan level akhir 2019 akibat depresiasi yang dalam pada Maret 2020.
“Rupiah menguat karena didorong aliran masuk modal asing dan besarnya pasokan valas dari pelaku domestik,” katanya.
Dengan melihat penguatan Rupiah saat ini, BI meproyeksi Rupiah akan terus menguat dan mendukung pemulihan ekonomi. Untuk mendukung hal itu, BI komitmen terus mengoptimalkan operasi moneter guna memastikan bekerjanya mekanisme pasar dan ketersediaan likuiditas baik di pasar uang maupun pasar valas.
Sementara itu, menurut analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra, penguatan nilai tukar Rupiah disebabkan adanya penemuan vaksin Covid-19 oleh bioteknologi dari AS. Penemuan ini memberikan imbas positif bagi Rupiah. “Pasar keuangan merespons positif atas kemajuan penemuan vaksin dari perusahaan asal Amerika Serikat itu,” ujar dia.
Selain itu, kata dia, karena kebijakan yang dikeluarkan BI dengan memberikan stimulus sehingga mata uang Garuda semakin menguat. Ditambah, pasar menyambut positif atas bebrgai stimulusyang digelontorkan BI. “Iya, sampai sore ini Rupiah masih menguat terhadap Dolar AS,” ucapnya.
Berbeda, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ariyo Irhamna mengatakan, menguatnya nilai tukar Rupah karena BI telah membrong Surat Berharga Negara (SBN). “Nilai tukar Rupiah menguat bukan karena berkurangnya ketidakpastian di pasar keuangan global, melainkan karena BI telah memborong Rp22,8 triliun SBN di pasar perdana,” pungkasnya.(din/fin)