Selain angka yang dipaparkan BNPB, terdapat kekhawatiran potensi kasus yang lebih besar disebabkan adanya temuan asimtomatik atau orang tanpa gejala. Hal ini mengindikasikan penyebaran virus bersifat sulit terdeteksi dan tidak terkendali.
Widyar menyebut fenomena ini sebagai alarm urgensi pendekatan model sistem dinamik. Ia menilai pengujian model ini bisa memenuhi kebutuhan pengetahuan akan pola sebaran yang prediktif terhadap wabah ini di Indonesia.
“Jumlah individu meninggal akibat virus ini dipengaruhi laju mortalitas yang diperkirakan berkisar di angka 5,8 persen berdasarkan pemodelan. Tingginya persentase ini sekaligus menunjukkan ada potensi jumlah kasus positif yang jauh lebih besar dibandingkan data resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah,” kata Direktur Riset Visi Nugroho Pratomo.
Meski analisis menunjukkan, pandemi tidak akan bertahan bertahun-tahun di Indonesia, namun upaya mencegah penularan yang dilakukan pemerintah tetap perlu ditingkatkan.
“Upaya pemerintah ini perlu didukung peran aktif seluruh warga negara. Dengan demikian, penurunan jumlah kasus lebih cepat dari perkiraan,” ucapnya.
Analisis yang menunjukkan pandemi mereda pada Juni juga bukan berarti penularan tidak akan terjadi di masa depan. Kasus corona gelombang kedua di Tiongkok yang baru-baru ini banyak diberitakan, menunjukkan hal tersebut.
Nugroho menyebutkan terdapat rentang waktu delapan hari antara kondisi konstan yang ditunjukkan pada permodelan (8 Juni 2020) dengan batas akhir tanggap darurat yang dilakukan pemerintah yang jatuh pada 31 Mei 2020.
“Karenanya, Visi menilai keputusan pemerintah untuk melarang mudik adalah tepat,” ujarnya.
Menurut Nugroha, hal ini mengacu pada hasil uji analisis Visi yang menunjukkan banyaknya kontak antara individu hingga terinfeksi covid-19 adalah sekitar 34 kali per hari.
“Terinfeksi di sini belum tentu menunjukkan gejala sakit, termasuk ODP dan asimtomatik. Ini berarti jika tidak dilakukan berbagai intervensi untuk memutus mata rantai penularan, frekuensi paparan per hari dari tiap individu akan terpenuhi dan menyebabkan penularan,” terangnya.
Individu yang rentan terinfeksi sendiri diperkirakan akan mengalami masa inkubasi selama 6,5 hari hingga menjadi sakit. Sementara itu, durasi penyakit hingga sembuh diprediksi memakan waktu sekitar 20 hari, namun tetap bergantung pada tingkat imun dan kualitas penanganan.
Visi Teliti Saksama adalah pusat kajian dan publikasi multiplatform dari berbagai isu ekonomi, politik, sosial, hukum, dan lingkungan hidup yang berdiri tiga tahun lalu.
Visi digawangi alumni berbagai perguruan tinggi terkemuka di Indonesia dan luar negeri. Hasil kajian-kajian yang bermanfaat bagi masyarakat luas dituangkan dalam portal berbasis data Validnews.id. (der/fin)