JAKARTA (VOA) —
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengimbau masyarakat, khususnya perokok aktif untuk lebih waspada terhadap virus corona jenis baru atau COVID-19. Ia beralasan merokok dapat meningkatkan risiko infeksi virus corona dan memperparah komplikasi penyakit akibatnya.
Kata Amin, hal ini juga sejalan dengan sejumlah studi di China yang menyebutkan adanya hubungan antara perokok dan karakteristik pasien terinfeksi virus corona. Salah satunya yaitu studi bertajuk "Epidemiological and clinical features of the 2019 novel coronavirus outbreak in China" yang menyebut keparahan virus corona pada laki-laki lebih tinggi jika dibandingkan perempuan.
"Untuk yang merokok, ACE2-nya (jenis reseptor virus) sangat signifikan, CD209 (jenis reseptor virus) juga. Jadi 2 molekul ini yang memiliki peran dan ini meningkat ekspresinya pada orang-orang yang merokok," jelas Amin Soebandrio di Jakarta, Jumat (13/3).
Amin menjelaskan ACE2 dan CD209 merupakan reseptor yang menjadi tempat menempel virus corona dalam tubuh manusia. Semakin banyak kedua molekul tersebut di dalam tubuh, maka semakin besar juga peluang terjangkit virus corona.
Ia menambahkan studi ini juga menyebutkan 61,5 persen penderita pneumonia berat akibat virus corona adalah laki-laki. Sementara tingkat kematian pasien laki-laki sebesar 4,45 persen lebih besar dibandingkan pasien perempuan 1,25 persen. Di samping itu, ada 2 studi lain dari China yang juga menggambarkan kondisi pasien virus corona dengan riwayat merokok yang memburuk saat perawatan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia juga menyatakan perokok berisiko terserang jantung dan penyakit pernapasan, dan akan lebih parah dampaknya jika terjangkit virus corona.
Ketua Pokja Masalah Rokok Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Feni Fitriani membantah informasi yang menyebutkan merokok atau asap rokok bisa membantu meredakan virus corona. Karena itu, ia menganjurkan kepada perokok untuk berhenti atau mengurangi konsumsi rokok untuk mencegah risiko penularan virus corona.
"Bahkan ada yang memelintir, kalau merokok hangat virusnya bisa mati. Jadi banyak rumor yang beredar di luar seperti itu. Itu tidak benar," jelas Feni Fitriani.
Feni berharap pemerintah mau menyampaikan informasi ke masyarakat bahwa salah satu pencegahan penyebaran virus corona yaitu dengan berhenti atau mengurangi rokok. Di samping itu, pemerintah juga menyediakan panduan serta program pendampingan bagi orang yang ingin berhenti merokok.
Hingga Jumat (13/3), pemerintah mengumumkan jumlah total pasien yang positif terjangkit virus corona mencapai 69 orang. Kasus-kasus baru itu termasuk seorang pasien yang masih tergolong balita dan tiga pasien meninggal dunia.
Tiga pasien yang meninggal yaitu pasien nomor kasus 35 dan 36 meninggal dunia di RSPI Sulianti Saroso (keduanya perempuan) dan pasien nomor kasus 50 (laki-laki). [sm/em]